Pelatih baru AS Roma Gian Piero Gasperini tidak memasang target muluk-muluk pada musim pertamanya. Gasperini menilai scudetto bukan target realistis untuk Roma. Gasperini ditunjuk sebagai pelatih Roma menggantikan Claudio Ranieri. Eks pelatih Atalanta itu akan menangani Paulo Dybala dkk. mulai musim depan dengan kontrak sampai 2028.
Gasperini secara resmi diperkenalkan sebagai pelatih Roma pada Selasa (17/6/2025). Dalam konferensi pers, ia mengutarakan target realistis untuk Roma.
“Hasil terbaik adalah lolos ke Liga Champions. Sekarang ini, Roma tidak bisa meraih scudetto, tapi Anda tidak pernah tahu,” ujar Gasperini seperti dikutip Sky Sport Italia.
“Bagi saya, targetnya adalah bikin tim ini lebih kuat, dengan lebih banyak pemain nasional dan internasional yang sekarang ini tidak kami miliki.”
“Kami harus menciptakan inti yang kuat dan punya keberlanjutan. Itu akan membuat tim berkembang,” katanya menambahkan.
Jakarta – Maman Abdurrahman mengumumkan gantung sepatu alias pensiun, Rabu (18/6/2025). Ia langsung direkrut Persija Jakarta untuk menjadi tim pelatih usia muda. Berakhir sudah perjalanan panjang Maman di lapangan hijau di usianya yang kini sudah menginjak 43 tahun. Mengawali karier di Persijatim Solo FC (kini Sriwijaya FC) pada 2001, Maman menjalani karier yang cukup luar biasa. Maman Abdurrahman merupakan salah satu dari sedikit pemain belakang yang pernah meraih penghargaan pemain terbaik di era Liga Indonesia, tepatnya pada musim 2006. Penampilan ciamiknya di lini belakang juga membuat Maman sebagai langganan Timnas Indonesia di usia emasnya dari 2004 – 2010.
Ia merupakan bagian dari skuad Timnas Indonesia yang menjadi runner-up Piala AFF 2010. Termasuk juga ketika Timnas Indonesia tampil di Piala Asia 2007 saat Indonesia menjadi tuan rumah bersama Vietnam, Thailand, dan Malaysia.
Bersama Timnas Indonesia, Maman pernah mencicipi tampil melawan tim-tim kuat. Salah satunya Uruguay pada Oktober 2010.
Di level klub, Maman paling sukses bersama Persija. Bersama tim ibu kota, ia juara Liga 1 2018, Piala Presiden 2018, dan Piala Menpora 2021.
Setelah di Persija mulai terpinggirkan, pemain yang di kala mudanya berambut gondrong itu akhirnya pindah ke PSPS Riau. Sayang Maman gagal membawa PSPS promosi dan akhirnya memilih pensiun setelah berakhirnya Liga 2 2024/25.
Bagi Maman, ia tak perlu menunggu lama untuk menganggur. Tawaran menjadi pelatih tim muda Persija langsung datang kepadanya.
Swansea – Petualangan Nathan Tjoe-A-On di Swansea City dipastikan berakhir. Penggawa Timnas Indonesia itu diputus kontraknya oleh The Swans. Pemutusan kontrak Nathan diumumkan Swansea City, Rabu (18/6/2025) malam WIB. Kedua pihak sepakat mengakhiri kerja sama yang sudah terjalin sejak 2023.
“Swansea City dapat mengonfirmasi bahwa Nathan Tjoe-A-On telah meninggalkan klub setelah pemutusan kontraknya secara bersama-sama,” begitu pernyataan resmi Swansea City.
“Pemain internasional Indonesia berusia 23 tahun itu bergabung dengan Swans dari klub Belanda Excelsior pada musim panas 2023, dan masih memiliki sisa kontrak satu tahun yang ditandatanganinya saat tiba di SA1. Kami mendoakan Nathan yang terbaik dalam kariernya di masa depan.”
Nathan awalnya dikontrak Swansea hingga musim panas 2026. Namun, eks pemain Excelsior itu sulit bersaing menembus skuad utama klub asal Wales tersebut.
ADVERTISEMENT Dalam dua musim Nathan hanya mencatatkan 3 pertandingan berseragam Swansea City, 2 di antaranya di Carabao Cup. Dia bahkan cuma mencatatkan 2 menit saat bermain di Divisi Championship, yakni sebagai pemain pengganti kala bersua Preston North End.
Nathan sempat dipinjamkan ke klub Belanda, Heerenveen, pada pertengahan musim 2023/2024. Di sana Nathan juga sulit bersaing dan hanya mengumpulkan 15 menit permainan dari 4 laga.
Nathan Tjoe-A-On menambah daftar pemain keturunan Timnas Indonesia yang berstatus free agent atau tanpa klub saat ini. Nathan menyusul Thom Haye, Rafael Struick, Shayne Pattynama, dan Justin Hubner.
PSMS Medan telah lama dikenal sebagai klub bersejarah di Indonesia. Namun, lebih dari sekadar tradisi, PSMS Medan menjadi representasi anak muda—mewakili semangat, kerja keras, dan identitas lokal yang kuat. Klub ini membawa filosofi “juang pantang mundur” yang sangat relevan dengan semangat generasi muda masa kini.
Di tengah dominasi klub-klub modern, PSMS tetap bertahan dengan karakter khas Medan yang berani, keras, tapi tetap solid. Para pendukungnya, yang sebagian besar generasi muda, terus menjaga nyala semangat klub ini di stadion dan media sosial.
Sejarah PSMS Medan: Dari Legenda ke Simbol Perubahan
Awal Berdiri dan Era Kejayaan
PSMS didirikan pada tahun 1950 dan langsung menunjukkan taringnya sebagai kekuatan sepak bola nasional. Pada era 1950–1980-an, PSMS mendominasi dengan filosofi permainan keras tapi bersih, dikenal dengan istilah “Rap-rap” yang kini menjadi bagian dari kultur Medan itu sendiri.
Kebangkitan dan Tantangan di Era Modern
Dalam dua dekade terakhir, PSMS mengalami pasang surut. Namun, berkat dukungan para fans muda dan kreativitas pengelola baru, klub ini terus bergerak maju. Mereka tidak hanya berbenah secara teknis, tapi juga mulai membangun identitas baru sebagai wadah ekspresi generasi muda Sumatra Utara.
PSMS Medan dan Basis Suporter Anak Muda
Gairah Suporter Muda Kota Medan
Generasi muda di Medan menjadikan PSMS sebagai lebih dari sekadar klub sepak bola. Mereka datang ke stadion bukan hanya untuk menonton, tapi juga untuk menunjukkan identitas, solidaritas, dan kebanggaan terhadap kota mereka.
Komunitas suporter seperti SMeCK Hooligan dan Kampoeng Selatan terus merekrut dan menggerakkan energi anak muda melalui koreografi, nyanyian, hingga aksi sosial. PSMS berhasil menjadi sarana positif yang membentuk karakter dan kepedulian sosial para penggemarnya.
Media Sosial dan Branding Khas Anak Muda
Di tengah arus digital, PSMS aktif di berbagai platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube. Klub ini menggunakan gaya bahasa yang dekat dengan kalangan muda, serta menampilkan konten kreatif yang menghibur dan mengedukasi. Upaya ini memperluas jangkauan PSMS ke luar Medan, bahkan menjangkau diaspora Sumatra Utara di seluruh dunia.
Talenta Muda Lokal dan Identitas Daerah
Mewadahi Pemain Muda Potensial
PSMS tak hanya mencerminkan anak muda, tetapi juga mewadahi dan mencetak talenta muda lokal. Melalui pembinaan usia dini, klub ini membuka jalan bagi anak-anak muda Medan untuk bermimpi menjadi pesepak bola profesional. Banyak alumni PSMS yang kini bermain di klub-klub top nasional.
Identitas Lokal dalam Sepak Bola Nasional
Dengan tetap mempertahankan nama “Medan” dan menggunakan atribut khas daerah, PSMS menjadi pengingat bahwa kekuatan lokal bisa bersaing di level nasional. Klub ini menjaga budaya Batak, Melayu, dan budaya urban Medan tetap hidup di tengah kompetisi profesional.
Harapan dan Masa Depan PSMS Medan sebagai Ikon Anak Muda
PSMS terus bergerak maju dengan membawa spirit anak muda: penuh semangat, adaptif, dan inovatif. Target mereka bukan hanya promosi ke Liga 1, tetapi juga menjadi model klub yang dekat dengan komunitas dan menjadi ikon kultural anak muda Indonesia bagian barat.
Dengan infrastruktur yang mulai berkembang, sinergi dengan pemerintah, dan dukungan tanpa henti dari para generasi muda, PSMS siap bangkit sebagai klub besar yang modern, tanpa meninggalkan akar tradisionalnya.
Klub Tottenham Hotspur menduduki London Utara sebagai salah satu kekuatan paling berpengaruh dalam sepak bola Inggris. Klub ini mengusung gaya bermain menyerang dan membangun basis penggemar yang sangat loyal. Spurs tumbuh dari tim lokal menjadi simbol global yang penuh semangat dan sejarah.
Sejak berdiri pada tahun 1882, Tottenham membawa kebanggaan komunitas ke setiap pertandingan. Mereka tampil konsisten di berbagai kompetisi, baik di liga domestik maupun di kancah Eropa.
Dengan semboyan “Audere est Facere” (Berani adalah Melakukan), klub ini menginspirasi jutaan penggemar lewat filosofi permainan atraktif dan upaya berkelanjutan dalam mengembangkan pemain muda.
Sejarah dan Perjalanan Klub Tottenham Hotspur London Utara
Awal Berdiri dan Masa Keemasan
Tottenham menorehkan sejarah dengan menjadi klub pertama di abad ke-20 yang meraih FA Cup pada tahun 1901 sebagai tim non-liga. Di bawah kepemimpinan manajer legendaris Bill Nicholson, Spurs menyapu gelar ganda (Liga dan FA Cup) pada musim 1960–61. Prestasi tersebut memperkuat identitas mereka sebagai klub papan atas Inggris.
Perjalanan Menuju Era Modern
Spurs terus meningkatkan performa di era modern. Mereka menantang dominasi tim besar lain dan menembus final UEFA Champions League 2018–19, sesuatu yang hanya sedikit klub Inggris capai. Meskipun belum mengangkat trofi besar dalam dua dekade terakhir, Tottenham berhasil mempertahankan posisinya di papan atas Premier League secara konsisten.
Stadion Tottenham dan Loyalitas Suporter Global
Dari White Hart Lane ke Tottenham Hotspur Stadium
Selama beberapa dekade, Spurs menjadikan White Hart Lane sebagai markas utama. Namun pada 2019, mereka memulai era baru dengan menempati Tottenham Hotspur Stadium, sebuah stadion berkapasitas lebih dari 62.000 tempat duduk yang dilengkapi teknologi canggih. Stadion ini menawarkan pengalaman menonton kelas dunia dan memperkuat identitas global klub.
Loyalitas Suporter yang Tak Tertandingi
Tottenham membangun komunitas suporter yang solid dan tersebar di berbagai benua. Ribuan penggemar mendukung mereka dari Asia, Amerika, hingga Afrika. Klub ini terus melibatkan fans melalui media sosial dan acara komunitas, memperluas pengaruhnya jauh melampaui Inggris.
Filosofi Bermain dan Bintang Klub Sepanjang Masa
Gaya Permainan Menyerang
Tottenham selalu memprioritaskan gaya bermain menyerang dan penuh energi. Pelatih seperti Mauricio Pochettino dan Ange Postecoglou menerapkan filosofi permainan proaktif yang mencerminkan semangat klub. Mereka menekankan penguasaan bola, pressing tinggi, dan pengembangan pemain muda sebagai fondasi utama.
Pemain-Pemain Ikonik dalam Sejarah Klub
Beberapa pemain legendaris yang mengangkat nama Tottenham antara lain:
Jimmy Greaves – Mencetak gol terbanyak untuk Spurs selama bertahun-tahun dan menjadi ikon klub.
Harry Kane – Lulusan akademi yang memimpin tim sebagai kapten sekaligus menjadi top skor sepanjang masa klub.
Gareth Bale – Membawa kecepatan dan kreativitas luar biasa sebelum bergabung dengan Real Madrid.
Ambisi Besar untuk Masa Depan
Tottenham tidak hanya fokus pada hasil jangka pendek. Klub ini terus berinvestasi dalam infrastruktur, akademi, dan manajemen modern. Mereka menargetkan gelar Premier League pertama serta pencapaian lebih tinggi di level Eropa. Dengan strategi jangka panjang dan dukungan dari penggemar setia, Spurs siap menantang dominasi tim-tim elit lainnya.